Dukung Green Port, Pelabuhan Tanjung Perak Kini Sediakan Fasilitas Shore Connection

Kerjasama dengan pihak pelayaran tersebut diwujudkan lewat penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara Pelindo III dan tiga perusahaan swasta, yaitu PT Mentari Line, PT Tanto Intim Line, dan PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk. Penandatanganan Letter of Intent (LoI) tersebut merupakan tindaklanjut Kerjasama antara BJTI dan LEGI untuk penyediaan fasilitas shore connection kapal. Acara penandatanganan Letter of Intent (LoI), Kerjasama dan Memorandum of Collaboration MoC berlangsung hari Senin (9/4) bertempat di Kantor Pusat Pelindo III, Surabaya.
Penandatanganan dilakukan langsung oleh CEO Pelindo III Ari Askhara, Direktur Operasional PT Mentari Line Anthony Soenardi, Manager Operation PT Tanto Intim Line David Tan, Operational Director PT Pelayaran Tempuran Teddy Arief Setiawan, Direktur Operasi dan Teknik PT BJTI Warsilan, dan Direktur PT LEGI Edward Danner Pardammean Napitupulu.
Selain itu, kerjasama tersebut juga diikuti oleh dua perusahaan pelayaran lainnya yang tertuang pada penandatanganan kerjasama antara PT LEGI dengan PT Meratus dan PT SPIL berupa penyediaan fasilitas shore connection kapal yang masing-masing ditandatangani oleh General Manager Operations PT Meratus Line Rudy Supriadi dan Direktur Keuangan PT SPIL Dedy Wijaya.
Dalam sambutannya CEO Pelindo III, Ari Askhara menjelaskan bahwa shore connection merupakan salah satu layanan penyediaan pasokan daya listrik dari dermaga ke kapal yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan listrik pada mesin utama kapal dan mesin bantu kapal.
“Fungsinya adalah untuk membantu pengoperasian kapal untuk mesin induk, operasi muatan, mesin generator, navigasi dan mendukung kegiatan operasi mesin kapal lainnya. Sehingga kapal yang sandar di dermaga nanti tidak lagi menggunakan BBM Auxiliary Engine biayanya relative lebih mahal, namun menggunakan shore connection pasokan listrik dengan biaya yang cenderung lebih murah. Dan yang pasti ini akan lebih efisien dan ramah lingkungan. Ini merupakan salah satu ekstensifikasi layanan Pelindo III kepada pengguna jasa untuk lebih efisien dalam penggunaan energi sehingga biaya operasional mereka bisa lebih murah,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penggunaan shore connection mempunyai beberapa benefit antara lain energy saving karena dapat mengurangi konsumsi bahan bakar kapal pada saat kapal bersandar karena mendapat pasokan listrik yang ada di dermaga, sehingga dapat menyumbang efisiensi biaya energi, cost competitive karena lebih murah apabila menggunakan pasokan listrik dibandingkan dengan mengkonsumsi bahan bakar lain, eco-friendly karena mengkonversi BBM Auxiliary Engine menjadi elektrifikasi, reduce CO2 karena dapat mengurangi emisi gas karbon yang berasal dari aktivitas kepelabuhanan.
“Saat ini shore connections sudah dapat dioperasikan untuk melayani kapal petikemas domestik dan kemungkinan kedepannya juga akan melayani kapal petikemas internasional,” imbuh Ari.
GM Operations PT Meratus Line Rudy Supriadi dalam sambutannya mengatakan bahwa Meratus sudah lama mengharapkan fasilitas seperti ini, adanya shore connection ini sangat bagus dan positif bagi kami sebagai perusahaan pelayaran karena kami tidak lagi menggunakan BBM Auxiliary Engine pada saat kapal sandar di pelabuhan. “Selain itu perawatan kapal nantinya akan lebih hemat dan tentunya penerapan shore connection di lingkungan pelabuhan seperti ini membuat kualitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi lebih baik. Kalau bisa nantinya jumlah shore connection perlu ditambah,” ujarnya.
Sementara itu, terkait pengelolaan pusat logistik berikat/gudang logistik, Pelindo III juga lakukan kerjasama dengan PT Khrisna Group yang dituangkan dalam MoC dengan ditandatangani oleh CEO Pelindo III Ari Askhara dan President Director dan CEO PT Khrisna Group Anak Agung Ngurah Mahendra.
Ari Askhara menjelaskan Pengelolaan PLB dilakukan di kawasan logistik berikat pada lokasi gudang atau lapangan yang telah dikhususkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai area berikat untuk komoditi ekspor-impor sedangkan Pengelolaan Gudang Logistik dilaksanakan di luar area kawasan berikat dengan jenis komoditi sesuai dengan permintaan pelanggan.
“Untuk saat ini, area kerja untuk pengelolaan pusat logistik berikat dan gudang logistik akan dilakukan di Pelabuhan Benoa Bali,” pungkasnya.
CEO PT Khrisna Group mengatakan bahwa pihaknya melihat fasilitas dan infrastruktur yang ada di Pelabuhan Benoa memadai untuk menjadi lokasi hub untuk regulated agent dari layanan logistik Khrisna. Diharapkan nantinya bisa mendorong distribusi yang lebih agresif dan membawa produk Indonesia bisa masuk ke pasar internasional. (Lia Indi)